Waspadai Penggunaan Formalin pada Bahan Pangan


By Fery Irawan

Anda pasti sudah sering mendengar istilah bahan pengawet yang kerap dicampurkan ke dalam industri pangan yang dimaksudkan untuk mempertahankan kesegaran atau agar produk yang diawetkan tersebut bisa bertahan lama dan tidak cepat busuk.

Informasi tersebut sudah menjadi rahasia umum, bahkan banyak diulas dalam berita-berita di televisi. Penggunaan bahan pengawet yang dikategorikan sebagai bahan tambahan pangan (BTP) ini sudah begitu meluas di kalangan masyarakat.

Bahan-bahan pengawet ini biasanya digunakan oleh para produsen makanan untuk membuat produk tahan lama/tidak cepat basi, memperbaiki aroma, rasa, fisik, dan juga warnanya.

Beberapa jenis pengawet berfungsi sebagai antioksidan yang dapat mencegah makanan menjadi bau tengik. Namun apabila pemakaian berlebihan, makanan yang dicampurkan bahan pengawet tersebut memiliki dampak buruk bagi kesehatan orang yang mengonsumsinya. Dan berikut merupakan bahan tambahan makanan yang dilarang digunakan dalam makanan:

  • Asam salisilat dan garamnya.
  • Dulsin.
  • Asam borat.
  • Kalium klorat.
  • Khloramfenikol.
  • Nitrofurazon.
  • Formalin.
  • Kalium bromat.

Dan salah satu jenis bahan pengawet makanan yang akhir-akhir ini sempat booming karena penggunaannya yang sudah meluas ialah formalin yang termasuk berbahaya bagi kesehatan manusia. Formalin ini merupakan larutan yang tidak berwarna, memiliki bau yang menyengat, dan mengandung formaldehid sekitar 37%.

Formalin ini memiliki sifat yang mudah bereaksi dengan protein karena pengawet ini dapat mengikat protein yang terdapat dalam makanan. Dengan sifatnya tersebut, tentu saja formalin yang sudah masuk ke dalam tubuh manusia juga akan menyerang protein yang terdapat di dalam tubuh.

Banyak ahli kesehatan yang juga mengatakan bahwa formalin ini memiliki sifat karsinogen yang dapat menyebabkan kanker meskipun belum ada data valid terkait kanker yang disebabkan oleh formalin atau jenis makanan yang lain.

Manfaat Formalin

Formalin kalau digunakan secara benar dan sesuai prosedur, maka dapat memunculkan manfaat sebagai berikut:

  • Sebagai pembunuh kuman sehingga formalin ini banyak digunakan untuk pembersih lantai, pakaian, dan gudang.
  • Dapat membasmi lalat dan jenis serangga yang lain.
  • Pengeras lapisan gelatin dan juga kertas foto.
  • Bahan untuk insulasi busa.
  • Bahan untuk perekat pada kayu lapis.
  • Dan bahan penting dalam pembuatan pupuk urea, pengawet produk-produk kecantikan, dan lainnya.

Sebaliknya, jika penggunaan formalin disalahgunakan seperti penggunaannya dalam makanan, maka akan menimbulkan berbagai dampak buruk pada tubuh dan bukan tidak mungkin kematian terjadi. Mari kita perhatikan bahaya penggunaan formalin dalam tubuh lebih detail.

Bahaya Formalin

Kurangnya pengetahuan pada orang-orang yang sering menggunakan formalin untuk mengawetkan makanan yang dijualnya seperti tahu, tempe, ikan asin, dan lainnya dapat berdampak buruk pada kesehatan orang yang mengonsumsinya.

Bahaya penggunaan formalin dalam jangka panjang ialah dapat memicu timbulnya perkembangan sel kanker, iritasi pada saluran pernafasan, reaksi alergi, dan luka bakar. Berikut merupakan dampak buruk formalin pada tubuh manusia:

  • Mata
    Menimbulkan iritasi, mata berair dan berwarna merah, dan juga dapat menimbulkan kebutaan.
  • Kulit
    Kulit berwarna kemerahan, alergi kulit, dan timbul bercak seperti terbakar.
  • Saluran pernafasan
    Batuk kronis, sakit tenggorokan, sesak nafas.
  • Saluran pencernaan
    Timbulnya rasa mual, muntah, dan iritasi pada lambung.
  • Paru-paru
    Radang paru-paru.
  • Ginjal
    Timbulnya kerusakan ginjal.
  • Hati
    Timbulnya kerusakan hati.
  • Organ reproduksi
    Kerusakan ovarium, testis, infertilitas sekunder, dan gangguan menstruasi.

Itulah beberapa dampak buruk yang ditimbulkan oleh formalin dalam jangka panjang. Untuk meminimalisir masuknya formalin ke dalam tubuh sebaiknya mulai selektif dalam memilah makanan yang akan dikonsumsi, terutama yang diisukan kerap menggunakan bahan formalin seperti tahu, tempe, daging, ikan, bakso, dan lainnya.

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Fery Irawan seorang editor sekaligus penulis yang antusias dan sadar untuk memberikan informasi kesehatan yang tidak berat sebelah. Aktif menulis beragam artikel kesehatan selama beberapa tahun terakhir. Ia selalu berupaya menyampaikan informasi yang aktual dan terpercaya, sesuai dengan ketentuan dan prinsip jurnalistik yang ada. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}