Dari 7 Jenis Buta Warna Ini, Mana yang Anda Miliki?


By Cindy Wijaya

Pernahkah Anda kesulitan untuk melihat dan membedakan warna-warna? Jika ya, ada kemungkinan Anda mengalami kondisi buta warna. Buta warna umumnya adalah suatu kondisi yang diturunkan secara genetik. Tapi tidak semua kasus sama, ada juga kondisi buta warna yang berkembang sendiri, bukan pengaruh genetik.

Ya, memang ada sejumlah jenis buta warna. Terdapat tujuh diagnosis resmi untuk buta warna: empat jenis buta warna yang berbeda masuk dalam kategori buta warna merah-hijau, dua jenis dalam buta warna biru-kuning, dan satu jenis yang sama sekali tidak bisa melihat warna.

Mengapa Bisa Terjadi Buta Warna?

Bola mata kita punya dua jenis sel fotoreseptor (penerima cahaya) di retina yang dirancang untuk menyerap cahaya. Berdasarkan bentuknya, mereka disebut sebagai sel batang dan sel kerucut.

Sel-sel batang sangat sensitif. Mereka lah yang membuat mata Anda mampu menyesuaikan diri di ruangna gelap. Mata manusia memiliki sel-sel batang delapan belas kali lebih banyak daripada sel-sel kerucut.

Tapi sel kerucut itulah yang membuat kita mampu melihat detail dan warna yang bagus. Mereka bekerja paling baik di siang hari yang cerah. Semua jenis buta warna ada hubungannya dengan fungsi sel kerucut yang berkurang (atau bahkan tidak berfungsi).

Mata manusia punya tiga jenis sel kerucut yang berbeda. Kerucut S membantu kita melihat warna biru, kerucut M menunjukkan warna hijau, dan kerucut L menafsirkan warna merah. Tidak adanya salah satu dari tiga jenis kerucut itulah yang membuat seseorang mengalami buta warna.

Jenis Buta Warna Trikromasi Anomali

Buta warna ini terjadi akibat hilangnya atau rusaknya satu atau beberapa jenis sel kerucut di retina mata.

Ini adalah jenis yang paling umum dialami. Dimana salah satu dari tiga jenis kerucut (merah, hijau, atau biru) di mata seseorang tidak berfungsi seperti yang diharapkan.

Orang-orang yang buta warna hanya bisa melihat warna-warna tertentu, tergantung pada jenis buta warna yang dimilikinya.

Buta Warna Merah Hijau

Jenis buta warna merah hijau terbagi dalam empat kategori berbeda, yaitu:

  • Buta warna protanopia (alias buta warna merah): Mata tidak memiliki kerucut merah.
  • Buta warna protanomali (alias buta warna merah-lemah): Mata masih punya kerucut merah, tapi hanya bisa melihat beberapa warna merah.
  • Buta warna deuteranopia (alias buta warna hijau): Mata tidak punya kerucut hijau.
  • Buta warna deuteranomali (alias buta warna hijau-lemah): Mata masih punya kerucut hijau, tapi hanya bisa beberapa warna hijau.

Pada akhirnya, beberapa jenis kebutaan warna merah hijau semuanya mengakibatkan penderitanya melihat dunia sebagai hijau keruh dengan sedikit warna biru dan kuning. Warna cokelat, oranye, dan merah gampang tertukar, dan warna-warna pucat umumnya sulit dibedakan.

Buta Warna Biru Kuning

Ini adalah jenis yang lebih jarang. Dua jenis buta warna dalam kategori ini sama-sama membuat sulit untuk membedakan biru dengan hijau, serta kuning dengan merah. Dua jenis itu yaitu:

  • Buta warna tritanopia (alias buta warna biru): Mata tidak punya kerucut biru.
  • Buta warna tritanomali (alias buta warna biru-lemah): Mata masih punya kerucut biru, tapi hanya bisa melihat beberapa warna biru.

Keenam jenis buta warna di atas berasal dari salah satu dari tiga jenis kerucut yang tidak berfungsi sampai taraf tertentu.

Meskipun orang dengan trikromasi anomali mungkin mengalami kesulitan dalam memilih warna buah matang atau membedakan lampu lalu lintas, kebanyakan orang buta warna mampu beradaptasi dengan kehidupan normal. Monokromasi, di sisi lain, bisa sangat menyulitkan.

Jenis Buta Warna Monokromasi (Akromatopsia)

Buta warna akromatopsia hanya terjadi pada 1 dari setiap 33.000 orang. Orang dengan buta warna monokromasi tidak melihat warna sama sekali. Bagi para penderitanya, dunia yang mereka lihat adalah hitam dan putih, seperti televisi zaman dulu.

Karena mereka juga biasanya mengalami sensitif terhadap cahaya, maka akan menyulitkan untuk mengerjakan kegiatan sehari-hari.

Jenis Buta Warna yang Bukan Karena Keturunan

Buta warna tidak selalu disebabkan oleh faktor keturunan atau genetik. Masalah penglihatan ini juga bisa disebabkan oleh faktor lingkungan dan bisa memengaruhi setiap mata secara berbeda. Pengelompokkan jenis-jenis buta warna ini sebenarnya sama seperti di atas, tapi penyebab dasarnya bisa sangat berbeda.

Berikut adalah sejumlah penyebab buta warna yang bukan karena keturunan atau faktor genetik:

  • Usia: Buta warna biru kuning ringan dapat berkembang seiring bertambahnya usia. Sederhananya, ini karena lensa mata menjadi kurang bening, memengaruhi seberapa banyak cahaya yang mencapai kerucut.
  • Konsumsi alkohol: Berkurangnya kemampuan membedakan warna dapat menjadi gejala alkoholisme, dimana warna biru kuning yang paling terpengaruh.
  • Penyakit kronis: Cedera kepala atau stroke kadang (meski jarang) dapat menyebabkan buta warna.
  • Bahan kimia lingkungan: Bahkan pada tingkat yang rendah, karbon disulfida dan timbal dapat menyebabkan buta warna.

Kebanyakan orang yang menjadi buta warna (bukan karena faktor keturunan) dapat tetap membedakan warna-warna, tapi gejalanya dapat bervariasi dari waktu ke waktu. Dan dalam beberapa kasus kondisi tersebut dapat berkembang menjadi jenis buta warna yang lebih serius, seperti monokromasi (hanya bisa lihat hitam-putih).

Berapa Banyak Orang yang Memiliki Buta Warna?

Lembaga nirlaba Colour Blind Awareness mengumpulkan statistik tentang jenis buta warna di seluruh dunia. Menurut penelitian mereka, sekitar 8% pria dan 0,5% wanita di seluruh dunia memiliki sejenis kekurangan penglihatan warna.

Daerah yang didominasi orang kulit putih (kaukasi), seperti di negara-negara Skandinavia, cenderung memiliki tingkat yang lebih tinggi dari semua jenis buta warna (dengan kisaran 10-11% untuk pria). Sementara negara-negara Afrika sub-Sahara hampir tidak memiliki kasus buta warna sama sekali.

Jenis buta warna yang paling umum termasuk dalam kategori buta warna merah hijau. Pada orang-orang dengan buta warna, kondisi deuteranomali (hijau-lemah) adalah yang paling umum. Berikut adalah pembagian resminya:

  • Buta warna protanopia: 12,5%
  • Buta warna protanomali: 12,5%
  • Buta warna deuteranopia: 12,5%
  • Buta warna deuteranomali: 62,5%

Orang dengan kondisi tritanopia (buta warna biru) dan tritanomali (biru-lemah) mengalami jenis buta warna yang lebih jarang. Menurut beberapa perkiraan, jenis ini hanya memengaruhi 1 dari setiap 10.000 orang.

Menarik untuk diketahui, buta warna biru kuning tidak terkait dengan jenis kelamin dengan cara yang sama seperti pada buta warna merah hijau. Pria dan wanita sama-sama terpengaruh dalam taraf yang serupa.

Melakukan Tes untuk Buta Warna

Jika Anda menduga memiliki salah satu jenis buta warna, Anda bisa melakukan pemeriksaan mata dengan dokter mata. Anda juga bisa mengikuti tes buta warna secara online untuk mengetahuinya dengan cepat dan mudah.

Salah satu tes buta warna yang bisa dilakukan secara online dapat diakses di situs web Pilestone.com berikut: https://pilestone.com/pages/color-blind-test

Meski begitu, Anda tetap harus melakukan pemeriksaan ke dokter mata untuk memastikan jenis buta warna apa yang Anda miliki. Dokter juga dapat memeriksa apakah kondisi tersebut ada kaitannya dengan masalah kesehatan tertentu, dan jika ada, ia dapat membantu mengatasinya.

Demikianlah artikel ini yang membahas tentang jenis buta warna. Semoga informasi di artikel ini dapat berguna bagi Anda. Temukan juga ulasan-ulasan menarik lain tentang berbagai topik kesehatan hanya di Deherba.com.

Sumber

National Eye Institute. Types of Color Blindness. URL: https://www.nei.nih.gov/learn-about-eye-health/eye-conditions-and-diseases/color-blindness/types-color-blindness

All About Vision. What are the different types of color blindness?. URL: https://www.allaboutvision.com/conditions/color-blindness/types-of-color-blindness/

National Eye Institute. Causes of Color Blindness. URL: https://www.nei.nih.gov/learn-about-eye-health/eye-conditions-and-diseases/color-blindness/causes-color-blindness

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}