Benarkah Ada Bahaya Alumunium Foil bagi Kesehatan?


By Cindy Wijaya

Dalam dunia kuliner modern yang kita kenal belakangan ini, sangat lazim untuk mengolah makanan dengan cara simpel, yakni dengan membungkusnya menggunakan alumunium foil. Ini merupakan jenis pembungkus berbahan logam yang akan membantu proses matangnya masakan.

Sebenarnya kebiasaan ini bukan cara yang biasa diterapkan dalam kuliner Nusantara. Masyarakat Indonesia mengenalnya sebagai metode barat untuk diterapkan kala mengolah hidangan ala internasional.

Situasi inilah yang kadang membangun masalah baru. Stigma yang sudah terlanjut tertanam pada masyarakat bahwa cara yang diterapkan di dunia barat terkesan lebih baik membuat masyarakat serta merta meniru kebiasaan memasak dengan alumunium foil ini.

Tanpa menyadari bahwa di saat ini, masyarakat barat justru sedang berdebat mengenai bahaya alumunium foil. Bahwa dengan mengolah makanan menggunakan alumunium foil Anda akan menambahkan komponen toksin dalam makanan. Meski pandangan tersebut sendiri juga belum sepenuhnya disetujui oleh seluruh pakar kesehatan dunia.

Apa Sebenarnya Alumunium Foil Itu?

Membicarakan soal perangkat bantu masak ini tanpa membahas apa sebenarnya materi yang digunakan jelas tidak mungkin. Karenanya mari kita kenali dulu apa sebenarnya alumunium foil itu.

Alumunium foil sendiri adalah lembaran tipis yang terbuat dari alumunium. Memiliki ketebalan hingga 0, 2 mm sehingga membuatnya memiliki performa seperti pembungkus dari kertas atau plastik.

Pemanfaatan alumunium foil terbilang sangat beragam. Mulai dari bidang industri sampai urusan rumah tangga. Di dalam urusan rumah tangga, kebanyakan pemanfaatan alumunium foil terjadi di dapur. Alumunium foil digunakan untuk membungkus makanan.

Bisa untuk membantu menjaga kesegaran sayuran dan melindunginya dari udara luar.  Atau justru digunakan sebagai pembungkus makanan ketika dibakar atau dipanggang demi membantu mempercepat proses pemasakan dengan menekan suhu lebih merata pada sisi dalam bungkus. Juga untuk membantu mempertahankan kelembaban makanan selama pengolahan berlangsung.

Mengapa Alumunium Foil Bisa Berbahaya?

Bagian dari alumunium foil yang membuatnya menjadi rentan untuk memicu masalah dalam tubuh manusia adalah keberadaan komponen alumunium yang relat tinggi.

Pada dasarnya aluminium bukan sepenuhnya benda asing. Logam ini secara alami memang dapat Anda temukan dalam banyak hal, termasuk dalam udara yang Anda hirup, air yang Anda minum sampai pada makanan yang Anda asup.

Ini karena alumunium juga dapat Anda temukan dalam tanah. Dan ketika tanaman menyerap nutrisi tanah untuk mendapatkan asupan makanan. Maka di saat yang sama tanaman tersebut juga menarik komponen alumunium dalam tanah.

Ini membuat sejumlah jenis  tanaman, sayuran dan buah mengandung sejumlah kecil alumunium. Tentu saja jangan lupa bahwa elemen alumunium kadang juga ditambahkan dalam sejumlah bahan seperti pewarna makanan, pengental, pengawet dan lain sebagainya.

Bahkan sejumlah obat medis juga mengandung kadar alumunium dalam konsentrasi yang relatif lebih tinggi. Ambil contoh saja jenis obat terapi lambung dan asam lambung  (antasida).

Yang menjadi masalah, bagi tubuh alumunium sendiri lebih cenderung dipandang sebagai logam berat yang membahayakan. Menurut sumber healthline, alumunium yang berlebihan dalam tubuh bisa menyebabkan masalah serius pada fungsi hati dan ginjal, juga dapat memicu terjadinya kerusakan jaringan otak yang akan mengarah pada keluhan alzheimer.

Ulasan lebih mendalam mengenai bahaya alumunium bagi tubuh manusia juga dapat Anda jumpai pada Journal of Toxicology and Environmental Health tahun 2007.

Alumunium dikatakan memiliki efek buruk pada fungsi jaringan saraf, termasuk otak. Juga menyebabkan kerusakan pada sejumlah fungsi tubuh termasuk pencernaan karena efek korotifnya. Alumunium berlebihan dalam darah  juga terbukti menyebabkan menurunnya densitas dari tulang.

Dan yang terburuk, alumunium dalam kadar berlebihan memiliki efek karsinogen. Yang artinya dapat merusak fungsi regenerasi sel dan mengganggu kinerja DNA tubuh. Ini bisa mengacu pada pertumbuhan tumor dan kanker.

Dalam ulasan yang sama juga dikatakan bahwa ketika darah membawa terlalu banyak komponen alumunium, maka efek korotif dari alumunium dapat menyebabkan kerusakan pada fungsi sirkulasi darah, termasuk pada fungsi arteri dan jantung.

Sejumlah pakar sendiri saat ini masih berdebat soal kadar moderat alumunium dalam darah yang sanggup ditoleransi tubuh. Sejumlah pandangan berbeda muncul terkait kadar yang dapat ditoleransi tubuh manusia.

Bersumber dari HUFFPOST, WHO menetapkan kadar aman untuk alumunium yang masuk ke dalam tubuh berkisar pada takaran 40 mg untuk tiap kg berat badan. Sehingga mereka dengan berat badan 60 kg hanya dapat mentoleransi input alumunium sebanyak 2400 mg.

Tetapi menurut Medscape,  beberapa pandangan medis lebih menggunakan standar kadar alumunium dalam jaringan otak. Menurut pandangan ini, kadar alumunium dalam otak tidak lebih dari 2 μg/g.

Yang menjadi masalah adalah ketika Anda memanaskan makanan dengan menggunakan bungkus alumunium foil, maka proses pemanasan akan dengan mudah menyebabkan terserapnya komponen alumunium ke dalam makanan. Ini akan meningkatkan kadar alumunium pada makanan.

Selain aspek suhu pemanasan makanan, sejumlah komponen asam alami dalam makanan seperti pada asam jawa, tomat, jeruk nipis, lemon hingga cuka dapat meningkatkan terlarutnya alumunium ke dalam makanan.

Penambahan komponen makanan yang banyak berinteraksi dengan tanah seperti umbi-umbian dan makanan jenis herbal tertentu akan meningkatkan resiko  terpapar alumunium berlebihan.

Makanan dalam suhu ruang atau dingin sendiri bukan berarti bebas dari resiko ini. sejumlah makanan dalam suhu ruang dan dingin tetap mungkin menyerap komponen alumunium dari alumunium foil pembungkusnya, bila proses pembungkusan ini berlangsung dalam periode yang panjang atau karena adanya komponen asam dalam makanan.

Pada intinya, bahaya dari alumunium soil sendiri lebih pada efek bahan ini dalam meningkatkan kadar toksin alumunium dalam darah. Sebagaimana dijelaskan dalam Journal of Meat Science tahun 2006 bahwa metode memasak dengan alumunium foil akan menyebabkan peningkatan kadar toksin alumunium setidaknya 89 % hingga 378 %.

Alat Masak Alumunium Juga Bahaya

Sebagaimana disebutkan bahwa dalam makanan sendiri pada umumnya sudah terkandung komponen alumunium dalam kadar kecil. Meski sebenarnya alumunium diindentifikasi oleh tubuh sebagai logam berat, tetapi dalam kadar ringan tubuh masih dapat mentoleransi.

Sejauh makanan-makanan tersebut hanya mengandung kadar alumunium natural mereka, sebenarnya tubuh masih mampu mentoleransi tanpa menimbulkan efek samping yang perlu Anda khawatirkan, baik itu dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Hanya saja, rupanya proses pengolahan makanan memiliki pengaruh signifikan dalam meningkatkan kadar alumunium dalam makanan. Bukan hanya metode pengolahan dengan pembungkusan menggunakan alumunium foil. Rupanya memasak dengan perangkat masak berbahan alumunium juga perlu menjadi perhatian Anda.

Jenis alat masak tradisional berbahan alumunium yang tidak memiliki lapisan pelindung pada umumnya memiliki efek samping yang hampir serupa dengan alumunium foil. Meski pengaruh pelarutannya tidak seberat pada alumunium foil.

Tetapi bila Anda menggunakan alat masak berbahan alumunium dengan lapisan khusus seperti lapisan keramik atau lapisan anti lengket, maka efek oksidasi terhadap alumunium dapat dihindari. Selama lapisan belum terkelupas, maka proses oksidasi dapat dicegah dan pelarutan komponen alumunium ke dalam makanan juga dapat Anda cegah.

Cara Memasak yang Lebih Sehat

Bila dari sisi kesehatan pengolahan dengan alat masak alumunium tidak disarankan, lalu bagaimana cara lebih sehat untuk mengolah makanan? Bahan apa yang paling aman digunakan sebagai alat masak?

Dalam ulasan THE CONVERSATION yang merilis publikasi riset Ghada Bassioni dari Chemistry Department, Ain Shams University memberikan rekomendasi untuk hanya memasak menggunakan bahan kaca, keramik dan stainless steel sebagai pilihan aman untuk memasak.

Penggunaan alat masak alumunium tetap bisa digunakan selama menggunakan pelapisan yang dinyatakan aman secara medis, dan bebas dari jenis-jenis lapisan anti lengket berbahaya seperti Perfluorierten Tenside (PTFE), khususnya Perfluoroctansäure Acid (PFOA).

Penggunaan bungkus tradisional dengan daun-daunan seperti daun pisang, daun jati, pelepah kelapa, pelepah jagung dan lain sebagainya adalah pilihan terbaik untuk kesehatan.

Sedang dalam metode modern, pelapisan dengan plastik jenis bebas BPA seperti yang lazim dimanfaatkan untuk teknik masak sous vide dapat menjadi pilihan. Ini jauh lebih aman dan sehat untuk Anda ketimbang dari bahaya alumunium foil sebagai pembungkus makanan.

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}