Orang Kreatif Cenderung Memiliki Gangguan Kesehatan Mental, Sejauh Mana?

DITULIS OLEH:
Fery Irawan 

November 28, 2012


Orang-orang yang bekerja di dunia kreatif cenderung memiliki gangguan kesehatan mental, kata sebuah hasil penelitian oleh Karolinska Institutet. Sejauh mana?

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa gangguan mental, seperti bipolar, banyak didapati pada orang-orang yang berprofesi sebagai penari, peneliti, fotografer, bahkan penulis—seperti saya ini.

Selain itu, penelitian yang dibiayai oleh Dewan Riset Swedia ini mengungkap bahwa orang yang berprofesi sebagai penulis juga lebih cenderung mengalami depresi, kecemasan, schizophrenia, dan ketergantungan terhadap obat-obatan.

Simon Kyaga, seorang konsultan psikiatri dan siswa doktoral di Departemen Biostatistik dan Epidemiologi Medis di institut itu, mengatakan bahwa penemuan tersebut membuka jalan bagi metode rehabilitasi kesehatan mental yang lebih potensial.

Ia mengatakan bahwa kalau kita bisa tahu apa kira-kira yang menyebabkan problem kesehatan mental tersebut, akan lebih mudah untuk menemukan pengobatannya.

Dr. Gordon Claridge dari Universitas Oxford, yang menjadi rekanan di British Psychological Society, berkomentar, ”Memang kaitan antara kreatifitas dan gangguan kesehatan mental yang dilaporkan oleh para peneliti Swedia itu memang bukan hal baru.”

Namun, menurutnya, hasil penelitian tersebut memang penting ditegaskan lagi, terutama ketika melakukan penelitian yang dirancang dengan saksama menggunakan sampel populasi secara umum.

Dua contoh yang juga ia kutip yang menunjukkan kaitan serupa adalah sampel kelompok kreatif yang terdiri dari pelawak dewasa dan orang-orang yang pernah memiliki ‘teman khayalan’ ketika masih kecil.

Nah, kita sering kali tidak bisa memilih profesi kita. Kalaupun bisa, kita pasti akan memilih profesi yang kita sukai. Karena itu, orang-orang yang bekerja di dunia kreatif pastilah memilihnya karena benar-benar menyukainya.

Apakah hal itu perlu membuat Anda khawatir? Banyak pakar kesehatan dan gizi telah merekomendasikan diet untuk menjaga kesehatan mental. Bahkan beberapa ilmuwan juga telah mendapati jenis makanan apa saja yang bagus dan yang tidak bagus bagi kesehatan mental. Di antaranya adalah diet yang tinggi karbohidrat.

Diet yang sarat karbohidrat dikaitkan dengan retardasi mental. Ini kedengarannya agak ironis, mengingat orang tua kita seringkali mengatakan bahwa kita perlu makan,  biasanya karbohidrat, agar bisa berpikir.

Memang, energi perlu untuk bekerjanya sel, dan energi yang paling cepat dan mudah didapat berasal dari gula sederhana dan karbohidrat. Namun ternyata, orang dewasa yang mengonsumsi karbohidrat dan gula dalam jumlah cukup besar bisa mengalami problem kesehatan mental seperti memori yang buruk dan lambat berpikir.

Gangguan kognitif ringan, seperti kesulitan mengingat, berbicara, berpikir, dan memutuskan, bisa jadi merupakan tanda awal penyakit Alzheimer. Sebuah studi, yang telah dipublikasikan dalam Journal of Alzheimer’s Disease, menyimpulkan bahwa orang dengan asupan karbohidrat yang tinggi memiliki resiko hampir dua kali lebih besar mengalami problem kognitif, atau gangguan kesehatan mental, daripada orang dengan asupan karbohidrat rendah.

”Memang kadar gula bisa membantu kerja otak—kalau kadarnya sedang. Tetapi, kalau kadar gula berlebihan, otak justru jadi tidak bisa memanfaatkan gula tersebut,” kata Rosebud Roberts, salah seorang epidemiologist yang menggagas penelitian tersebut.

Di sisi lain, penelitian yang lain lagi menyimpulkan bahwa kadar vitamin B dalam tubuh justru dapat meningkatkan kesehatan mental, baik pada orang dewasa maupun anak-anak.

Riset tentang hal ini, yang diadakan oleh The University of Western Australia bekerja sama dengan Telethon Institute for Child Health Research, dipublikasikan dalam jurnal Preventive Medicine.

Menurut Carly Herbison, salah seorang peneliti di UWA itu, kaitan vitamin B dengan kesehatan mental sangat masuk akal. Vitamin B memang dibutuhkan oleh tubuh untuk memproduksi neurotransmiter, seperti serotonin, yang mempengaruhi tingkah laku dan perasaan bahagia.

Dalam hal inilah vitamin B mengurangi rasa tertekan dan depresi sehingga meningkatkan kesehatan mental. Beberapa menu makanan yang dapat meningkatkan kesehatan mental dan meningkatkan kadar serotonin pertama-tama adalah yang mengandung kadar vitamin B, antara lain beras merah, jagung, telur, kacang-kacangan, dan biji bunga matahari.

Kalsium juga berperan dalam produksi serotonin. Almon, tumbuhan hijau, ikan bertulang belakang, biji wijen, dan kedelai kaya akan kalsium. Serotonin, yang gugus kimianya adalah 5-hydroxytryptamine (5-HT), juga membutuhkan asam amino Triptofan dalam proses pembentukannya.

Triptofan banyak terkandung dalam kacang, kedelai, dan sari buah Noni (Noni juice). Konsumsi menu berbasis tumbuh-tumbuhan ini bisa membantu kita meningkatkan kemampuan pikiran dan meningkatkan kesehatan mental kita.

Ya, kesehatan merupakan aset yang paling berharga, dan ini khususnya benar dalam hal kesehatan mental. Memang, faktor genetik bisa sangat menentukan. Tetapi, Anda pasti juga setuju bahwa peran kita dalam menentukan gizi kita sendiri memungkinkan kita memegang kendali atas kesehatan mental kita.

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Fery Irawan seorang editor sekaligus penulis yang antusias dan sadar untuk memberikan informasi kesehatan yang tidak berat sebelah. Aktif menulis beragam artikel kesehatan selama beberapa tahun terakhir. Ia selalu berupaya menyampaikan informasi yang aktual dan terpercaya, sesuai dengan ketentuan dan prinsip jurnalistik yang ada. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}