• Home
  • Blog
  • Depresi
  • Mencegah Bunuh Diri: Apa yang Bisa Kita Lakukan untuk Membantu Mereka?

Mencegah Bunuh Diri: Apa yang Bisa Kita Lakukan untuk Membantu Mereka?


By Cindy Wijaya

Seseorang yang ingin bunuh diri mungkin tidak akan minta bantuan kita, tapi bukan berarti dia tidak mau dibantu. Orang yang mengakhiri hidupnya sendiri sebenarnya tidak ingin mati—mereka cuman ingin berhenti merasa menderita. Kita harus mengenali tanda-tandanya dan menganggapnya serius, jika ingin mencegah bunuh diri.

Kalau Anda merasa bahwa seorang teman atau anggota keluarga Anda yang berpikir untuk bunuh diri, Anda mungkin merasa takut untuk bertanya tentang itu kepadanya. Tetapi membicarakan tentang keinginan mereka untuk bunuh diri secara terus-terang dan terbuka sebenarnya bisa menyelamatkan hidup mereka.

Memahami Keinginan untuk Bunuh Diri

Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa hampir 800 ribu orang meninggal setiap tahun akibat bunuh diri. Apa yang membuat begitu banyak orang berani mengakhiri hidupnya sendiri? Bagi yang belum pernah punya keinginan untuk itu, sulit bagi mereka untuk memahami apa penyebabnya. Tetapi seorang yang berpikir ingin bunuh diri biasanya sudah merasa sangat menderita sehingga dia tidak bisa melihat ada jalan keluar lain.

Bunuh diri adalah upaya putus asa untuk menghindari penderitaan yang telah menjadi tak tertahankan. Karena begitu besarnya rasa benci diri sendiri, putus asa, dan terasing, orang yang ingin bunuh diri tidak bisa menemukan cara untuk mendapatkan kelegaan kecuali melalui kematian.

Namun terlepas dari hasrat mereka untuk menghentikan penderitaan, sebagian besar dari mereka sebenarnya punya banyak konflik batin mengenai keputusan untuk menyudahi hidupnya. Mereka berharap ada jalan keluar selain bunuh diri, hanya saja mereka tidak bisa melihat jalan lain. Kita perlu tahu fakta-faktanya, sebelum berupaya mencegah bunuh diri.

Kesalahpahaman Umum Mengenai Bunuh Diri

Mitos:

Orang-orang yang bilang ingin bunuh diri tidak benar-benar ingin melakukannya.

Fakta:

Hampir setiap orang yang pernah mencoba bunuh diri telah memberikan petunjuk atau tanda-tanda. Jangan abaikan, bahkan isyarat tidak langsung, tentang keinginan mereka untuk mati atau bunuh diri.

Perhatikan kata-kata seperti, “Kamu akan menyesal saat aku tidak ada,” “Aku tidak menemukan jalan keluarnya,”—tidak soal dia mengungkapkannya dengan nada santai atau bercanda. Itu bisa jadi pertanda bahwa mereka benar-benar merasa ingin mati saja.

Mitos:

Siapa pun yang mencoba bunuh diri pasti sudah gila.

Fakta:

Sebagian besar orang yang bunuh diri bukan orang yang gila, dan tidak semua dari mereka punya masalah kejiwaan. Mereka pasti merasa marah, sedih, tertekan, atau putus asa, tetapi perasaan tertekan seperti itu—yang ekstrim sekali pun—belum tentu tanda-tanda dari gangguan jiwa.

Mitos:

Kalau orang itu sudah bertekad untuk bunuh diri, tidak ada yang bisa menghentikan dia.

Fakta:

Bahkan orang yang paling depresi berat sekali pun masih punya keinginan untuk hidup. Ada konflik batin pada dirinya hingga detik terakhir antara keinginan untuk hidup dan untuk mati. Kebanyakan orang yang ingin menyudahi hidupnya sebenarnya tidak mau mati; mereka cuman ingin berhenti menderita. Dorongan dalam diri mereka untuk mengakhiri semuanya, betapa pun kuatnya, tidak terus-menerus berlangsung.

Mitos:

Orang yang meninggal bunuh diri adalah orang yang tidak mau cari bantuan.

Fakta:

Penelitian tentang para korban bunuh diri menunjukkan bahwa lebih dari separuh dari mereka telah mencari bantuan medis selama jangka 6 bulan sebelum kematian mereka.

Mitos:

Bicara soal bunuh diri bisa menimbulkan ide itu pada orang lain.

Fakta:

Anda tidak menimbulkan ide untuk bunuh diri pada diri orang lain hanya karena membicarakan soal itu. Justru yang benar adalah sebaliknya—memberanikan diri untuk membicarakan tentang bunuh diri dan mendiskusikannya secara terbuka adalah salah satu hal paling bermanfaat untuk mencegah bunuh diri.

Sumber: SAVE—Suicide Awareness Voices of Education

Tanda-Tanda Seseorang Ingin Mengakhiri Hidupnya

Sebagian besar orang yang ingin bunuh diri memberikan tanda-tanda atau kode-kode dari keinginan mereka itu. Cara terbaik untuk mencegah bunuh diri adalah dengan mengenali tanda-tanda tersebut dan tahu bagaimana cara menanggapinya.

Kalau Anda merasa bahwa teman atau keluarga Anda sedang ingin bunuh diri, Anda bisa membantunya dengan menunjukkan bahwa ada jalan keluar lain, memperlihatkan perhatian serta kepedulian, dan mencoba melibatkan seorang dokter atau psikolog.

Tanda-Tanda Peringatan Seseorang Ingin Bunuh Diri

Bercerita tentang bunuh diri

Pembicaraan apa pun tentang bunuh diri, kematian, atau melukai diri, misalnya kata-kata “Lebih baik aku tidak pernah ada di dunia,” “Andai saya bisa ketemu kamu lagi…,” juga “Lebih baik aku mati.”

Mencari benda atau alat berbahaya

Mencari cara untuk mendapatkan senjata api, obat pil, senjata tajam, atau sarana-sarana lain yang bisa digunakan untuk bunuh diri.

Berkutat dengan kematian

Terlalu fokus pada hal-hal yang berkaitan dengan kematian atau kekerasan. Menulis puisi atau cerita tentang kematian.

Tidak punya harapan untuk masa depan

Merasa putus asa, tidak ada harapan, dan terkekang (“Tidak ada jalan keluar”). Yakin bahwa apa yang sedang dialami tidak akan pernah membaik atau berubah.

Membenci diri sendiri

Perasaan tidak berharga, bersalah, malu, dan tidak suka pada diri sendiri. Merasa seperti beban (“Semua orang akan lebih baik tanpa saya”).

Menyelesaikan urusan-urusannya

Membuat sebuah surat wasiat. Memberikan barang-barang berharganya ke orang lain. Membuat pengaturan-pengaturan untuk anggota-anggota keluarganya.

Mengucapkan selamat tinggal

Kunjungan atau telepon yang mendadak atau tidak biasa ke teman-teman atau keluarganya. Mengucapkan selamat tinggal ke orang-orang seolah mereka tidak akan bertemu dengannya lagi.

Menarik diri dari orang-orang lain

Menarik diri dari keluarga dan teman-teman. Semakin terasing dari kehidupan sosial. Keinginan untuk sendirian saja.

Perilaku merusak diri sendiri

Semakin banyak mengonsumsi alkohol atau obat-obatan, mengemudi dengan sembrono, perilaku seks yang tidak aman. Mengambil risiko yang tidak perlu seolah mereka “tidak takut mati”.

Tiba-tiba merasa tenang

Tiba-tiba merasa damai dan bahagia setelah merasa sangat tertekan bisa berarti orang tersebut telah memutuskan untuk bunuh diri.

Tips Mencegah Bunuh Diri 1: Jika Anda Khawatir, Bertanyalah

Kalau Anda melihat tanda-tanda seseorang yang Anda sayangi ingin bunuh diri, Anda mungkin bingung apa yang harus dibicarakan. Bagaimana kalau saya salah bicara? Bagaimana kalau dia marah? Apakah itu membantu mencegah bunuh diri atau malah memperparahnya?

Dalam situasi-situasi seperti itu, wajar jika merasa takut atau resah. Tapi siapa pun yang bercerita tentang pikiran mereka untuk bunuh diri atau memperlihatkan tanda-tandanya sebenarnya sangat butuh bantuan—dan semakin cepat dibantu, semakin baik.

Bicaralah Dengannya Mengenai Bunuh Diri

Berbicara dengan teman atau keluarga mengenai pikiran dan perasaan ingin bunuh diri bisa terasa sangat sulit. Tapi kalau Anda merasa ragu-ragu apakah orang itu ingin mengakhiri hidupnya, cara terbaik untuk tahu adalah dengan bertanya.

Anda tidak akan membuatnya semakin terdorong untuk bunuh diri hanya karena memperlihatkan kepedulian kepadanya. Sebenarnya, hal itu memberikan kesempatan kepadanya untuk mengungkapkan perasaannya. Dan justru bisa membuatnya sedikit lega dari perasaan kesepian dan perasaan negatif yang terpendam, bahkan dapat mencegah bunuh diri.

Kata-kata untuk Memulai Pembicaraan:

“Aku khawatir denganmu akhir-akhir ini.”

“Belakangan ini, aku melihat ada yang beda denganmu dan ingin tahu bagaimana keadaanmu.”

“Aku ingin ketemu kamu, karena akhir-akhir ini kamu tidak seperti biasanya.”

Pertanyaan-Pertanyaan yang Bisa Diajukan:

“Kapan kamu mulai merasa seperti ini?”

“Apakah terjadi sesuatu yang membuatmu merasa seperti ini?”

“Bagaimana caranya saya bisa bantu kamu sekarang?”

“Apakah kamu pernah ingin minta bantuan?”

Yang Bisa Dikatakan untuk Membantunya:

“Kamu tidak sendirian. Aku ada di sini untukmu.”

“Saat ini kamu mungkin tidak percaya, tapi nanti perasaanmu akan berubah.”

“Aku mungkin tidak bisa benar-benar mengerti perasaanmu, tapi aku peduli denganmu dan ingin membantu.”

“Kapan pun kamu merasa ingin menyerah saja, katakanlah pada dirimu sendiri bahwa kamu akan bertahan untuk satu hari, satu jam, satu menit lagi—pokoknya apa pun yang bisa kamu sanggupi.”

Saat Bicara, Lakukan:

  • Jadilah diri sendiri.

    Tunjukkan bahwa Anda peduli, bahwa dia tidak sendirian. Sering kali tidak perlu sampai merancang kata-kata sedemikian rupa. Kalau Anda peduli, nada suara dan tingkah Anda akan memperlihatkannya.

  • Dengarkan.

    Biarkan dia meluapkan keputusasaan dan amarahnya yang tak tertahankan. Sekali pun pembicaraan menjadi sangat negatif, ingatlah bahwa adanya pembicaraan itu sendiri sudah jadi pertanda positif.

  • Bersimpatilah.

    Jangan menghakimi, bersabarlah, tetap tenang, dan bersikaplah menerima. Dia sudah melakukan hal yang benar dengan mengungkapkan perasaannya.

  • Beritahukan ada harapan.

    Yakinkan dia bahwa dia punya bantuan dan bahwa perasaan-perasaan negatifnya akan berubah. Tunjukkanlah bahwa dia dan kehidupannya adalah sesuatu yang berharga bagi Anda.

  • Tanggapi dia dengan serius.

    Jika dia mengatakan sesuatu seperti, “Aku benar-benar depresi, aku tidak tahan lagi,” tanyakanlah: “Apakah kamu pernah berpikir untuk bunuh diri?” Jangan takut, Anda tidak sedang memberinya ide bunuh diri. Anda hanya sedang memperlihatkan bahwa Anda peduli dan Anda menanggapinya dengan serius, dan tidak apa-apa baginya untuk berbagi perasaannya dengan Anda.

Tapi, Jangan lakukan:

  • Berdebat dengannya.

    Hindari kata-kata seperti: “Kamu punya banyak alasan untuk tetap hidup,” “Kamu akan menyakiti keluargamu kalau kamu bunuh diri,” atau “Coba lihat sisi-sisi positif dari hidup.”

  • Bertingkah terkejut.

    Menceramahinya tentang nilai kehidupan, atau mengatakan bahwa bunuh diri itu salah.

  • Berjanji akan merahasiakannya.

    Jangan mau berjanji untuk merahasiakan keadaannya. Nyawanya sedang dipertaruhkan dan Anda mungkin harus minta bantuan seorang ahli kesehatan mental untuk mencegahnya bunuh diri. Kalau sudah terlanjur berjanji, Anda mungkin harus melanggarnya.

  • Menawarkan cara-cara untuk memperbaiki masalah mereka.

    Atau memberikan saran, atau membuat mereka merasa seperti harus membenarkan perasaan mereka. Ini bukan soal seberapa besar masalahnya, tapi seberapa terluka perasaan dia.

  • Menyalahkan diri sendiri.

    Anda tidak bisa “memperbaiki” depresi orang lain. Kebahagiaan dari orang yang Anda sayangi, atau kurangnya kebahagiaan dia, bukanlah tanggung jawab Anda.

Sumber: Metanoia.org

Tips Mencegah Bunuh Diri 2: Segera Tanggapi di Saat Krisis

Jika ada teman atau keluarga yang memberitahu Anda bahwa dia sedang berpikir untuk mati atau bunuh diri, penting untuk segera menyadari bahwa dia sedang berada dalam bahaya. Mereka yang sangat rentan untuk bunuh diri dalam waktu dekat mempunyai RENCANA bunuh diri yang spesifik, SARANA untuk mewujudkannya, JADWAL untuk melakukannya, dan KEINGINAN untuk melaksanakannya.

Cobalah tanyakan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini untuk membantu Anda meninjau seberapa besar kemungkinan (risiko) dia untuk bunuh diri:

  • Apakah kamu punya rencana untuk bunuh diri? (RENCANA)
  • Apakah kamu punya sarana yang kamu butuhkan untuk mewujudkannya (obat pil, pisau, tali, dsb)? (SARANA)
  • Apakah kamu tahu kapan kamu akan melakukannya? (JADWAL)
  • Apakau kamu memang ingin mengakhiri hidupmu? (KEINGINAN)

Tingkat Risiko untuk Bunuh Diri

  • Rendah—sedikit pikiran untuk bunuh diri. Tidak ada rencana untuk bunuh diri. Dia bilang dia tidak akan bunuh diri.
  • Sedang—ada keinginan untuk bunuh diri. Ada rencana tetapi tidak cukup mematikan. Dia bilang dia tidak akan bunuh diri.
  • Tinggi—ada keinginan untuk bunuh diri. Ada rencana spesifik bahwa yang sangat mematikan. Dia bilang dia tidak akan mencoba bunuh diri.
  • Berat—ada keinginan untuk bunuh diri. Ada rencana sepsifik yang sangat mematikan. Dia bilang dia akan bunuh diri.

Jika tampaknya sebentar lagi dia akan berusaha mengakhiri hidupnya, segera hubungi nomor telepon darurat setempat atau segera bawa dia ke unit gawat darurat. Hubungi nomor 119. Nomor telepon ini berfungsi sebagai call center yang akan memberikan bantuan untuk konsultasi.

Kementerian Kesehatan RI juga telah menyiagakan lima rujukan Rumah Sakit yang menyediakan layanan telepon konsultasi kesehatan jiwa dan pencegahan bunuh diri:

  • RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta | (021) 5682841
  • RSJ Marzoeki Mahdi Bogor | (0251) 8324024, 8324025, 8320467
  • RSJ Amino Gondohutomo Semarang | (024) 6722565
  • RSJ Radjiman Wediodiningrat Malang | (0341) 423444
  • RSJ Prof Dr Soerojo Magelang | (0293) 363601

Lepaskan senjata, obat-obatan, pisau, dan benda-benda berbahaya apa pun dari genggamannya dan lemparkan itu jauh-jauh darinya. Tapi jangan, dalam keadaan apa pun, tinggalkan dia sendirian saja.

Tips Mencegah Bunuh Diri 3: Tawarkan Bantuan dan Dukungan

Jika teman atau keluarga Anda ingin menyudahi hidupnya, cara terbaik untuk membantu adalah dengan memperlihatkan empati, memberikan telinga untuk mendengarnya. Beritahukan dan tunjukkan kepadanya bahwa dia tidak sendirian dan bahwa Anda peduli dengannya.

Tapi jangan menganggap diri Anda bertanggung jawab atas perasaan negatif yang dimilikinya. Anda bisa memberikan bantuan, tetapi bukan Anda yang akan membuatnya merasa lebih baik. Dia sendiri lah yang harus secara pribadi bertekad untuk pulih.

Butuh banyak keberanian untuk membantu seseorang mencegah bunuh diri. Menyaksikan orang yang Anda sayangi berjuang menghadapi pikiran-pikiran untuk menyudahi hidupnya bisa menimbulkan beragam perasaan campur-aduk.

Seraya Anda membantunya, jangan lupa untuk juga memperhatikan diri sendiri. Carilah seseorang yang Anda percayai—seorang teman, keluarga, rohaniwan, atau konselor—untuk mencurahkan perasaan Anda dan mendapatkan dukungan bagi Anda sendiri.

Membantu orang yang ingin bunuh diri:

Cari bantuan ahli.

Lakukan sebisa yang Anda lakukan untuk mendapatkan bantuan yang dia butuhkan. Hubungi nomor-nomor telepon darurat untuk mendapatkan saran dan rujukan. Bujuk dia untuk pergi ke seorang ahli kesehatan mental, bantu dia menemukan tempat perawatan, atau temani dia untuk periksa ke dokter.

Perawatan untuk selanjutnya.

Jika dokter meresepkan obat, pastikan dia mengonsumsinya sesuai petunjuk. Berhati-hatilah dengan efek samping yang mungkin terjadi, dan pastikan untuk memberitahu dokter jika dia terlihat memburuk. Sering kali butuh waktu dan kegigihan untuk mencari obat atau terapi yang tepat.

Jadilah proaktif.

Mereka yang punya pikiran untuk bunuh diri sering merasa bahwa mereka tidak bisa dibantu, jadi Anda mesti lebih proaktif dalam menawarkan bantuan. Cuman bilang, “Hubungi saya kalau kamu butuh apa-apa”, tidak cukup berguna. Jangan tunggu sampai dia menelepon atau menelepon kembali Anda. Kalau dia tidak angkat telepon, coba temui dia di rumahnya atau telepon lagi, dan ajak dia keluar.

Dorong dia untuk membuat perubahan gaya hidup.

Misalnya mengonsumsi makanan sehat, cukup tidur, dan pergi keluar untuk mendapat sinar matahari atau menikmati alam setidaknya 30 menit setiap hari. Olahraga juga sangat penting, karena dapat melepaskan endorfin, melegakan stres, dan memperbaiki kesehatan emosi.

Buat rencana untuk keamanan.

Bantu dia mengembangkan langkah-langkah yang harus dia lakukan sewaktu pikiran bunuh diri sedang kuat-kuatnya. Langkah-langkah itu haruslah disesuaikan dengan pemicu-pemicu yang dapat mengarah ke pikiran bunuh diri, misalnya tanggal kematian orang yang dia sayangi, alkohol, atau stres akibat suatu hubungan. Juga sertakan nomor-nomor telepon untuk dokter atau terapis yang menanganinya, juga teman-teman dan keluarga yang bisa segera membantunya.

Singkirkan sarana-sarana untuk bunuh diri.

Seperti obat-obatan, pisau, silet, atau senjata api. Jika dia mungkin akan meminum obat untuk bunuh diri, simpanlah obat-obatan di tempat yang terkunci atau hanya berikan dia obat saat dibutuhkan.

Terus dukung dia.

Bahkan setelah keadaan krisis telah lewat, tetaplah periksa keadaan dia, secara berkala temui dia. Dukungan Anda adalah faktor penting untuk memastikan bahwa teman atau orang yang Anda sayangi tetap berada dalam jalur pemulihan.

Orang yang ingin bunuh diri yakin dia punya alasan untuk mati; yang dia butuhkan adalah alasan untuk hidup. Dengan lembut tunjukkanlah kepadanya bahwa situasi bisa berubah, ada bantuan baginya, dan ada harapan yang sejati—Sang Pencipta, yang menciptakan kita, peduli dengan kita dan ingin kita bahagia.

Faktor-Faktor Risiko yang Memicu Bunuh Diri

Menurut lembaga U.S. Department of Health and Human Services, sedikitnya 90 persen dari semua orang yang meninggal akibat bunuh diri menderita satu atau beberapa gangguan mental. Misalnya depresi, gangguan bipolar, skizofrenia, atau alkoholisme.

Depresi adalah yang terutama menjadi pemicu bunuh diri. Orang yang sedang depresi cara berpikirnya sering menyimpang. Karena itu mereka akan lebih cenderung membayangkan bahwa satu-satunya jalan keluar untuk masalah mereka adalah mengakhiri hidupnya.

Faktor Risiko Umum untuk Bunuh Diri:

  • Gangguan mental, alkoholisme, atau penyalahgunaan obat-obatan
  • Pernah mencoba bunuh diri, punya keluarga yang pernah bunuh diri, atau pernah menderita trauma atau kekerasan
  • Penyakit yang tidak bisa sembuh atau sakit kronis, kehilangan orang yang disayangi, atau mengalami kejadian yang bikin tertekan
  • Terasing dari orang-orang lain dan kesepian

Kesimpulan

Jadi, apa yang bisa kita lakukan untuk tahu apakah seseorang benar ingin mengakhiri hidupnya? Langkah-langkahnya bisa disimpulkan seperti ini: Pertama, tanggapi dia dengan serius. Ingatlah perilaku atau kata-kata yang menunjukkan bahwa dia ingin mati sebenarnya adalah isyarat bahwa dia butuh bantuan. Kedua, bersedialah untuk memberi dan mencari bantuan. Keempat, dengarkan dia. Dan bertanyalah.

Lalu, bagaimana kalau dia sudah jelas-jelas mencoba bunuh diri? Jika ada benda atau sarana apa pun di sekitarnya yang dapat mematikan, langsung buang itu jauh-jauh darinya. Amankan seluruh area rumahnya. Lalu ajak dia untuk cari bantuan ahli. Dan teruslah bantu dia agar pulih. Semoga dengan mengupayakan hal-hal itu, kita bisa mencegah bunuh diri dan menyelamatkan kehidupan seseorang.

Demikianlah informasi tentang yang bisa kita lakukan untuk mencegah bunuh diri. Baca juga informasi terkait seputar depresi di artikel: “Depresi: Info Lengkap bagi Anda yang Peduli Kesehatan.” Nantikan artikel-artikel menarik lainnya mengenai informasi kesehatan, tips kesehatan, dan pengobatan alternatif hanya di Deherba.com.

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Cindy Wijaya seorang editor dan penulis beragam artikel kesehatan. Ia senang meriset dan berbagi topik-topik kesehatan dan pemanfaatan herbal. Tinggal di Bogor “kota hujan” sehingga mencintai suasana hujan dan sering mendapat inspirasi ketika hujan. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}