Buah Merah (Pandanus conoideus)


By Fery Irawan

Buah Merah yang sudah dikenal ampuh mengatasi berbagai penyakit ini ternyata mempunyai mitosnya sendiri. Menurut kepercayaan penduduk Suku Dhani di Memberamo, Papua, ribuan tahun yang lalu, nenek moyang mereka turun dari Gunung Pugima ke daerah Wesakpog untuk berkumpul.

Gunung Pugima, menurut mereka adalah gunung Jayawijaya yang merupakan gunung tertinggi di Indonesia dan Wesakpog adalah sebuah daerah di Lembah Baliem.

Mengupas Tuntas Buah Merah Asal Papua!

Setelah berkumpul di Wesakpog, nenek moyang orang Papua ini kemudian melanjutkan perjalanan tanpa membawa bekal dan peralatan sama sekali. Mereka kemudian menyebar ke seluruh penjuru mata angin.

Dalam perjalanan, sebagian dari mereka ada yang berhenti untuk beristirahat dan membuat api. Menurut cerita masyarakat Suku Dhani, di tempat mereka beristirahat tersebut, Sang Pencipta menurunkan peralatan berupa busur, anak panah, kapak batu, batu api, bermacam-macam tumbuhan, serta binatang piaraan.

Tumbuhan yang dimaksud di antaranya ubi dan Buah Merah. Setelah mematikkan batu api, mereka membakar ubi dan Buah Merah. Sisa Buah tersebut kemudian diberikan kepada binatang piaraannya.

Di tempat beristirahat dan membuat api itulah mereka kemudian membuat perkampungan dan berkembang menjadi berbagai macam suku seperti sekarang ini.

Produksi Buah Merah Cara Tradisional

Sementara itu, sebagian nenek moyang orang Papua terus berjalan melanjutkan perjalanan darat dan sebagian lagi menyeberangi lautan menggunakan rakit. Diduga kuat, mereka yang menyeberangi lautan ini sampai di Benua Australia dan menjadi cikal-bakal Suku Aborigin.

Hingga sekarang, buah ini tetap menjadi makanan sebagian penduduk Pulau Papua, terutama yang bermukim di daerah Pegunungan Jayawijaya. Oleh penduduk, buah ini dijadikan campuran makanan sehari-hari.

Mereka memeras Buah Merah setelah membakarnya dengan batu. Sari Buah hasil perasan ini mereka konsumsi bersama ubi, sayuran, dan bahan makanan lain.

Dalam upacara bakar batu, buah ini pun menjadi elemen pokok. Upacara bakar batu biasanya dilakukan untuk mengumpulkan masyarakat, terutama dalam satu suku, ketika ada suatu acara, seperti pernikahan, hari natal, idul fitri, tahun baru, perayaan panen, menyembah leluhur, kematian, atau untuk mempererat hubungan ikatan keluarga.

Hidangan hasil upacara bakar batu tidak lengkap dan kurang nikmat jika tidak menggunakan buah yang masih satu famili dengan tanaman pandan ini.

Deskripsi Tanaman Buah Merah

Tanaman Buah Merah adalah tanaman yang masih satu famili dengan tanaman pandan. Pandanus conoideus ini di habitat aslinya (Pulau Papua) tumbuh dari dataran rendah dekat pantai sampai dataran tinggi.

Bahkan, di lereng pegunungan Jayawijaya diketinggian 2.500 m dpl. tanaman ini bisa ditemukan. Tanaman berkayu ini tumbuh bercabang sampai mempunyai 5 cabang. Daunnya berbentuk pita yang pinggirnya berduri-duri kecil.

Tinggi tanaman bisa mencapai 15 meter. Akarnya berbentuk akar udara yang menggantung sampai ketinggian satu meter dari pangkal batang. Tanaman ini berbuah saat berumur tiga tahun sejak ditanam.

Buah ini umumnya berbentuk panjang lonjong atau agak persegi. Panjang buah 30-120 cm. Diameter buah 10-25 cm. Buah ini umumnya berwarna merah, merah kecokelatan, dan ada pula yang berwarna kuning. Kulit buah bagian luar menyerupai buah nangka.

Di Papua, beberapa daerah yang menjadi sentra Buah Merah adalah daerah-daerah yang berada di sepanjang lereng pegunungan Jayawijaya. Di antaranya Kelila, Bokondini, Karubaga, Kobakma, Kenyam, dan Pasema.

Buah Merah dan Peluang Usaha Masyarakat

Saat panen raya buah ini, masyarakat Papua biasanya memasak Buah Merah seperti halnya masyarakat di Pulau Jawa membuat minyak kelapa. Minyak Buah Merah tersebut kemudian disimpan di dalam bumbung bambu dan bisa bertahan selama satu tahun.

Cadangan minyak tersebut digunakan untuk memasak makanan, seperti halnya minyak goreng. Minyak buah ini digunakan untuk pengganti minyak goreng yang harganya di daerah pedalaman relatif mahal.

Sampai sekarang buah ini tetap digunakan oleh masyarakat Papua. Sebagian besar penduduk yang mengonsumsinya, baik berupa pasta dalam makanan sehari-hari maupun minyaknya, jarang terkena penyakit, tubuhnya kuat, dan staminanya prima.

Kenyataan ini banyak mengundang pertanyaan masyarakat pendatang, sehingga tidak sedikit dari mereka yang mulai mencoba memanfaatkan buah ini, terutama minyaknya.

Sejak I Made Budi, salah seorang dosen di Universitas Cenderawasih Jayapura, meneliti kandungan buah ini, masyarakat pendatang ramai-ramai mengeksploitasi buah ini dari pedalaman.

Hingga saat ini hampir semua elemen masyarakat, dari yang masih berkoteka, aparat pemerintah, hingga kalangan swasta ramai-ramai terjun mengolah buah ini.

Tidak mengherankan bahwa buah ini kemudian mendapat julukan emas merah dari belantara Papua. Minyak hasil olahan mereka kemudian dijual sebagai obat yang banyak membantu menyembuhkan berbagai jenis penyakit, seperti HIV/AIDS, kanker/ tumor, ambeien, diabetes mellitus, asam urat, rematik, jantung koroner, paru-paru, asma, gangguan jantung dan ginjal, tekanan darah tinggi, eksim, dan herpes.

Pro, Kontra, dan Fakta Buah Merah

Sampai saat ini penelitian tentang khasiat dan manfaat sari Buah Merah untuk pengobatan masih belum selesai. Secara klinis pembuktiannya belum dilakukan. Meskipun demikian, secara empiris tidak sedikit penderita penyakit yang sudah merasakan manfaat buah ini.

Beberapa di antaranya ada yang mengonsumsi buah ini dengan mengombinasikan bersama obat dokter, ada yang mencampurnya dengan herbal lain, dan ada pula yang mengonsumsinya secara tunggal.

Fenomena ini kemudian mengundang pro dan kontra dari berbagai kalangan masyarakat. Ada yang langsung percaya dan menggunakannya untuk pengobatan, ada yang melakukan penelitian, dan ada pula yang masih ragu-ragu akan kemampuan komoditas perkebunan ini.

Bagaimana pun kontroversi yang berkembang, di lapangan tidak sedikit penderita aneka penyakit yang sembuh dengan sari Buah Merah dan akhirnya berani memberikan kesaksian akan kemampuan Pandanus conoideus ini kepada masyarakat.

(Sumber: Buku Keajaiban Buah Merah Kesaksian Dari Mereka yang Tersembuhkan, Penulis Bernard T. Wahyu Wiryanta)

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Fery Irawan seorang editor sekaligus penulis yang antusias dan sadar untuk memberikan informasi kesehatan yang tidak berat sebelah. Aktif menulis beragam artikel kesehatan selama beberapa tahun terakhir. Ia selalu berupaya menyampaikan informasi yang aktual dan terpercaya, sesuai dengan ketentuan dan prinsip jurnalistik yang ada. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}