Pap Smear, Kapan dan Mengapa?


By Fery Irawan

Selain kanker payudara, kanker leher rahim atau yang biasa disebut kanker serviks juga menjadi pembunuh wanita dengan jumlah tinggi di Indonesia.

Memang benar bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati. Tetapi jika sudah terjangkit suatu penyakit maka lebih baik mengetahuinya saat penyakit tersebut maish berada pada stadium awal.

Celakanya, wanita yang mengidap kanker serviks stadium awal tidak akan merasakan gejala-gejala yang mencurigakan. Oleh sebab itu, seringkali wanita lengah dan tidak memeriksakan diri ke dokter hingga suatu ketika sel kanker telah berkembang ganas, barulah gejala-gejalanya timbul dan saat itu kanker sudah terlambat untuk mendapatkan penanganan.

Deteksi dini yang hampir tidak pernah dilakukan menjadikan banyak wanita yang mengidap kanker serviks meninggal dunia dengan cepat. Sejak dikembangkan kurang lebih 50 tahun lalu, tes pap smear telah menurunkan persentase meninggalnya wanita akibat kanker serviks hingga 50% di banyak negara berkembang.

Di Indonesia, rupanya masyarakat kebanyakan belum paham betul kapan tes pap smear harus dilakukan. Sebenarnya mereka yang berusia 21 tahun ke atas dan yang telah melakukan hubungan badan secara aktif dianjurkan untuk memeriksakan diri dengan metode pap smear 2 tahun sekali.

Aturan umumnya adalah tes ini dilakukan pertama kali 3 tahun berselang setelah Anda berhubungan badan secara aktif. Anjuran melakukan pap smear 1 tahun sekali kini telah dikoreksi menjadi 2 tahun sekali untuk keefektifan.

Jika dalam pemeriksaan yang dilakukan 3 kali berturut-turut tidak ditemukan tanda-tanda keabnormalan maka wanita yang menginjak usia 30-an boleh menurunkan frekuensi tes pap smear menjadi sekali dalam 3 tahun. Kecuali jika tenaga medis menganjurkan untuk melakukan lebih dari sekali tes pap smear dalam setahun.

Virus Human Papilloma (HPV) membutuhkan waktu sekitar 10 tahun untuk berubah menjadi sel kanker serviks. Untuk itu, rutinlah melakukan tes pap smear jika pada tes sebelumnya hasil tes menunjukkan adanya ketidaknormalan pada leher rahim Anda. Anjuran melakukan pap smear 2 hingga 3 tahun sekali juga berlaku bagi para wanita yang telah menopause.

Penularan virus HPV yang diklaim sebagai penyebab utama kanker serviks bisa disebabkan faktor hubungan seksual dengan banyak pasangan. Untuk itu, wanita yang belum pernah melakukan hubungan seksual secara aktif meskipun tengah berada di usia lebih dari 21 tahun sebenarnya tidak perlu untuk melakukan tes pap smear.

Terlebih metode pap smear yang memasukkan alat melalui vagina dan mengambil sampel dari dinding rahim akan merobek sedikit selaput dara wanita. Kecuali gejala-gejala kanker serviks telah muncul, meskipun seorang wanita belum pernah melakukan hubungan seksual, maka wanita yang belum pernah berhubungan tidak perlu melakukan tes pap smear

Bagi wanita yang telah berhubungan seksual secara aktif, tes pap smear tidak akan menyakitkan tetapi pengambilan sampel dan pemeriksaan pada dinding rahim akan sedikit membuat tidak nyaman.

Kini tak hanya pap smear, banyak metode pemeriksaan kanker serviks yang diluncurkan untuk mendapatkan tingkat keakuratan yang lebih tinggi, seperti Thin Prep. Ketika kanker serviks terdeteksi pada stadium awal seorang wanita tentu masih memiliki harapan hidup yang lebih tinggi. Terlebih dengan mengonsumsi obat kanker serviks yang ampuh.

Tentang Penulis

Artikel dibuat oleh tim penulisan deherba.com kemudian disunting oleh Fery Irawan seorang editor sekaligus penulis yang antusias dan sadar untuk memberikan informasi kesehatan yang tidak berat sebelah. Aktif menulis beragam artikel kesehatan selama beberapa tahun terakhir. Ia selalu berupaya menyampaikan informasi yang aktual dan terpercaya, sesuai dengan ketentuan dan prinsip jurnalistik yang ada. Silakan klik di sini untuk kontak penulis via WhatsApp.

Anda mendapat manfaat dari artikel-artikel kami? Mohon berikan ulasan untuk terus menyemangati kami menulis > Google Review

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}